Beda Autis dan Down Syndrome - ADINDA DAYCARE BANDUNG

Beda Autis dan Down Syndrome

Beda Autis dan Down Syndrome
Source www.cekaja.com

Pendahuluan

Hai Bunda!

Autis dan Down Syndrome adalah dua kondisi yang sering kali menjadi perhatian dalam dunia medis dan pendidikan. Meskipun keduanya memiliki pengaruh yang signifikan pada perkembangan individu, namun keduanya memiliki perbedaan yang jelas. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang perbedaan antara autis dan Down Syndrome, serta aspek-aspek terkait yang perlu dipahami.

Sebelum kita membahas lebih jauh, penting untuk mengetahui bahwa autis dan Down Syndrome adalah kategori kondisi yang berbeda, meskipun keduanya berhubungan dengan perkembangan neuropsikologi dan sering kali terlihat pada masa anak-anak. Autis, atau autisme, adalah gangguan perkembangan neurologis yang terjadi pada sekitar 1 dari 68 anak-anak di dunia. Sedangkan Down Syndrome adalah kondisi genetik yang disebabkan oleh adanya kelebihan salinan kromosom ke-21, yang umumnya tampak pada sekitar 1 dari 1.000 kelahiran hidup.

Perbedaan mendasar antara autis dan Down Syndrome terletak pada etiologi dan manifesnya pada individu. Autis umumnya terjadi karena gangguan dalam perkembangan otak sejak awal kehidupan, sedangkan Down Syndrome disebabkan oleh abnormalitas kromosom yang hadir pada saat pembuahan. Akibat dari perbedaan ini, karakteristik dan gejala yang muncul pada kedua kondisi ini juga berbeda satu sama lain. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai perbedaan-perbedaan tersebut.

Karakteristik dan Ciri-ciri Autis

Sebelum masuk ke dalam perincian karakteristik autis, penting untuk dicatat bahwa autis berkisar dalam spektrum. Ini berarti bahwa tingkat dan intensitas gejala dapat bervariasi secara signifikan antara individu yang berbeda. Meskipun demikian, ada beberapa ciri umum yang sering terlihat pada individu dengan autis. Beberapa emoji yang relevan dalam konteks ini adalah 🧩 dan 🤔.

1. Kesulitan dalam Interaksi Sosial: Anak-anak dengan autis cenderung mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Mereka mungkin memiliki keterbatasan dalam mengenali ekspresi wajah, mengikuti perkembangan sosial, dan memahami norma-norma sosial.

2. Minat yang Terbatas dan Tertumpu: Individu dengan autis sering kali memiliki minat yang sangat terfokus dan berkembang dengan intensitas yang tinggi pada topik atau objek tertentu. Mereka dapat menghabiskan waktu yang lama untuk mempelajari detail-detail yang mungkin tidak menarik bagi orang lain.

3. Gangguan dalam Komunikasi Verbal dan Non-verbal: Beberapa anak dengan autis dapat menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan kemampuan bicara dan bahasa. Mereka mungkin memiliki masalah dalam memahami dan menggunakan bahasa verbal maupun non-verbal seperti gerakan tubuh atau ekspresi wajah.

4. Perilaku Stereotipik: Perilaku stereotipik, seperti menggoyang-goyangkan tubuh atau mengulang kata-kata secara berulang-ulang, sering kali terlihat pada individu dengan autis. Hal ini sering dilakukan sebagai bentuk pengaturan diri atau sebagai mekanisme coping.

5. Ketidakmampuan dalam Memahami Empati: Anak-anak dengan autis sering kali mengalami kesulitan dalam memahami dan merespons emosi orang lain. Mereka mungkin kurang peka terhadap perasaan orang lain atau sulit membaca ekspresi emosi.

6. Sensori yang Sensitif: Beberapa individu dengan autis memiliki kelainan pada sistem sensori mereka. Mereka mungkin lebih sensitif terhadap suara, cahaya, atau sentuhan yang sering kali menyebabkan ketidaknyamanan atau gangguan dalam kehidupan sehari-hari.

7. Keterbatasan dalam Fleksibilitas Perilaku: Bermasalah dengan perubahan dan rutinitas sering kali terlihat pada anak dengan autis. Mereka mungkin mengalami kecemasan atau stres yang signifikan ketika rutinitasnya terganggu dan kesulitan dalam beradaptasi dengan perubahan yang tidak terduga.

(Continued…)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *